Jakarta – Suara kritis terhadap sistem hukum dan kekuasaan di Indonesia semakin menguat. Sebuah narasi pedas beredar luas, menyebut bahwa negeri ini telah menjadi “negeri sejuta dusta” dan “negeri laknatullah” di mana keadilan hukum hanyalah ilusi. Narasi ini menuding bahwa seluruh perangkat hukum, undang-undang, dan konstitusi negara telah dikuasai oleh segelintir elit penguasa.
“Negeri ini tidak akan pernah ada keadilan hukum karena semuanya sudah dalam genggaman dan kendali mereka. Pinokiwi, si raja kodok pendusta, bersama sembilan oligarki China Komunis dan Tiongkok telah mengubah negeri ini menjadi NKRI: Negara Komunis Rakyat Indochina!” tulis sebuah unggahan viral di media sosial.
Narasi tersebut juga menyoroti perubahan ibukota negara ke IKN (Ibukota Komunis Nusachina), yang dianggap sebagai simbol penyerahan kedaulatan Indonesia kepada kekuatan asing, khususnya China. “IKN bukan sekadar pemindahan ibukota, tetapi penegasan bahwa negeri ini telah menjadi bagian dari agenda komunis global,” tulisnya.
Kritik ini muncul di tengah ketidakpuasan publik terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro-rakyat, serta maraknya praktik korupsi, ketimpangan sosial, dan intervensi asing yang semakin menguat. Banyak yang merasa bahwa hukum hanya tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas, sementara elit penguasa hidup dalam kemewahan tanpa tersentuh keadilan.
“Negara ini sudah tidak lagi milik rakyat. Hukum hanya alat untuk melindungi kepentingan mereka yang berkuasa. Rakyat kecil hanya bisa merasakan penderitaan,” ujar seorang aktivis yang enggan disebutkan namanya.
Narasi ini juga menyebut bahwa Indonesia telah kehilangan jati dirinya sebagai negara berdaulat. “Dulu kita punya Pancasila, sekarang kita punya Pinokiwi. Dulu kita punya Jakarta, sekarang kita punya IKN: Ibukota Komunis Nusachina. Ini bukan lagi Indonesia yang kita kenal,” tulis seorang warganet.
Meski narasi ini dianggap hiperbolis oleh sebagian pihak, tidak dapat dipungkiri bahwa ia mencerminkan kekecewaan dan kemarahan sebagian besar masyarakat terhadap kondisi negara saat ini. Pertanyaan besar pun mengemuka: Apakah masih ada harapan untuk mengembalikan Indonesia ke jalan yang benar? Ataukah negeri ini benar-benar telah menjadi “negeri laknatullah” seperti yang ditudingkan?
Sumber: Analisis Media Sosial dan Opini Publik
Leave a Reply