Seorang calon pembeli merasa curiga terhadap calo yang menjanjikan transaksi jual beli properti yang lancar, namun ternyata calo tersebut memiliki niat untuk menipu. Pembeli tersebut merasa bahwa calo tersebut tidak transparan dalam proses transaksi dan memiliki motif untuk menguntungkan diri sendiri.ujarnya.”
Calon pembeli tersebut telah membayar uang booking sebesar 10 juta dan kemudian membayar 50 juta lagi untuk proses transaksi pengajuan bank. Namun, calo tersebut mengubah perjanjian dari AJB (Akta Jual Beli) menjadi PPJB (Perjanjian Pengikatan Jual Beli) tanpa sepengetahuan pembeli. Pembeli merasa curiga ketika calo tersebut meminta biaya notaris yang lebih tinggi dari yang dijanjikan yaitu sebesar Rp 7.000.000 dan tidak ingin mempertemukan pembeli dengan pemilik properti.
Oknum notaris dan calo yang menjanjikan transaksi jual beli properti terlibat dalam kasus ini. Calo tersebut diduga memiliki niat untuk menipu pembeli dan menguntungkan diri sendiri.
Kasus ini terjadi ketika calon pembeli dan calo tersebut melakukan transaksi jual beli properti. Calon pembeli merasa curiga setelah melakukan pembayaran dan mengetahui bahwa perjanjian yang dibuat bukanlah AJB, melainkan PPJB.
Calon pembeli merasa curiga karena calo tersebut tidak transparan dalam proses transaksi dan memiliki motif untuk menguntungkan diri sendiri. Pembeli juga merasa bahwa calo tersebut tidak profesional dalam menangani transaksi jual beli properti.
Pembeli tersebut telah meminta penjelasan kepada calo tentang proses transaksi dan biaya yang dikenakan. Pembeli juga merasa bahwa calo tersebut telah menipu dan tidak ingin mempertemukan pembeli dengan pemilik properti. Pembeli berharap bahwa kasus ini dapat diselesaikan dengan baik dan uang sebesar Rp.60.000.000 dapat dikembalikan ke pihak calon pembeli yang sudah membatalkan jual beli ,karena tidak adanya transparansi dan keprofesionalan
(red)
Leave a Reply